1.
Teori Klasik Adam Smith
Adam
Smith (1729-1790) merupakan tokoh utama dalam aliran ekonomi yang dikenal
sebgai alairan klasik. Smith mennganggap bahwa manusia sebagai faktor produksi
utama yang menentukan kemakmuran bangsa-bangsa. Alasannya, alam (tanah) tidak
ada artinya kalau tidak ada sumber daqaya manusia yang pandai mengolahnya
sehingga bermanfaat bagi kehidupan.
Smith menganggap
alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu bagi
pertumbuhan ekonomi.
2.
Teori Klasik J.B. Say
Kontribusi
Jean Baptiste Say (1767-1832) terhadap aliran klasik adalah pandangannya yang
mengatakan bahwasetiap penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri (supply
creates its own demand). Pendapat say ini disebut dengan Hukum Say (Say’s Law).
Say berasumsi
bahwa nilai produksi selalu sama dengan pendapatan. Peningkatan produksi akan
diiringi dengan peningkatan pendapatan.
Secara umum
peningkatan produktivitas tenaga kerja dapat dilakukan dengan peningkatan
kemampuan/ keterampilan, disiplin, etos kerja produktif, sikap kreatif dan
inofatif serta membina lingkungan yang sehat untuk memacu prestasi.
3.
Teori Malthus
Thomas
Robert Malthus (1766-1834) dianggap sebagai pemikir klasik yang berjasa dalam
pengembangan pemikiran-pemikiran ekonomi setelah Smith. Bukunya yang dikenal
paling luas adalah Principle of Population.
Malthus pesimis
terhadap masa depan umat manusia disebabkan kenyataan bahwa tanah sebagai salah
satu faktor produksi utama tetap jumlahnya. Meskipun pemakaiannya tidak
seberapa namun jumlah lahan pertanian terus berkurang untuk perumahan,
pabrik-pabrik serta untuk pembuatan jalan.
Malthus tidak
percaya bahwa teknologi dapat berlomba dengan penduduk. Jumlah penduduk yang
tinggi pasti mengurangi nilai produksi per kepala. Dan untuk mengatasi masalah
ini hanya dengan pengendalian atas pertumbuhan penduduk.
4.
Teori Keynes
Kaum
klasik percaya bahwa perekonomian yang dilandaskan pada kekuatan mekanisme
pasar akan selalu menuju keseimbangan (equilibrium). Dalam posisi keseimbangan,
produksi akan menciptakan daya beli secara otomatis terhadap barang-barang.
Adanya paham yang
menganggap ketidak seimbangan hanya bersiafat sementara dan ada tangan tak
kentara (Invisiblehands) yang akan membawa ekonomi kembali pada posisi
keseimbangan.
Kaum klasik
percaya bahwa seluruh tenaga kerja yang ada akan dipergunakan untuk proses
produksi (fully-employed). Yang berarti tidak adanya masalah pengangguran
tenaga kerja.
John Maynard
Keynes (1883-1946) mengkritik teori Say, dalam kenyataannya permintaan lebih
kecil dari pada penawaran, dan pendapatan akan ditabung dan tidak semuanya di
pakai untuk konsiumsi (permintaan efektif lebih kecil dari total produksi).
Penggunaan tenaga
kerja penuh (fully employed) tidak akan dicapai karena tenaga kerja tidak akan
bekerja sesuai pandangan klasik. Para pekerja mempunyai semacam serikat kerja
(labor union) yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan buruh dari
penurunan tingkat upah.
Bila kurva harga
turun, maka kurva nilai produktivitas tenaga kerja (marginal value of productivity
of labor) yang di jadikan patokan dalam mempekerjakan tenaga kerja ikut turun.
5.
Teori Harrod-Domar
Teori
harrod-Domar (1946) dikenal sebagai teori pertumbuhan. Menurut teori ini
investasi tidak hanya menciptakan permintaan, tetapi juga memperbesar kapasitas
produksi. Kegiatan produksi yang membesar membutuhkan permintaan yang besar
pula agar produksi tidak menurun. Peran modal fisik dalam model pertumbuhan
amat besar. Tetapi kapasitas hanya akan dapat membesar bila sumber daya lain
(modal fisik) membesar pula. Penduduk (angkatan kerja) diasumsikan meningkat
secara geometris dan full employment selalu tercapai.
Model Solow (1957)
mirip dengan model Harrod-Domar. Dalam model Solow dipakai suatu fungsi
produksi Cobb-Daouglas dan progres faktor dibahas secara jelas.
6.
Teori Coale-Hoaver
Berbeda
dengan Solow, Coale-Hoaver tidak hanya melihat penduduk sebagai input dalam
proses produksi tetapi juga segai konsumen produksi. Coale-Hoaver juga berbeda
dengan Keynes yang memusatkan perhatian pada negara kaya (dengan masalah
permintaan agregatnya). Coale-Hover memperhatikan persoalan di negara miskin.
Menurutnya
kemiskinan bukan akibat kurangnya permintaan agregatif tetapi akibat kurangnya
modal fisik dengan pembangunan, vigor, enterprise dan adaptability pada semua
komponen angkatan. Dia berpendapat bahwa perubahan penduduk akan terasa pada
penduduk sebagai input proses produksi setelah kurun waktu tiga puluh tahun.
7.
Teori Ester Boserup
Coale-Hoaver
melihat pertumbuhan penduduk sebagai pengganggu pembangunan seperti halnya
Malthus. Boserup berpendapat sebaliknya. Dia berpendapat bahwa pertumbuhan
penduduk mengakibatkan dipakainya sistem pertanian yang lebih intensif di suatu
masyarakat primitive sehingga meningkatnya output disektor pertanian. Penduduk
juga mendorong penggunaan biologi pertanian pada tingkat yang lebih tinggi.
Penduduk mendorong diterimanya suatu inovasi (teknologi) baru.
8.
Teori Rational Expectation
(Ratex)
Aliran
ini lahir karena kebijakan-kebijakan Keynes yang dipakai selama ini gagal total
dalam menghadapi permasalahan tahun 70-an dan 80-an. Pakar-pakar aliran ratex
meninjau premis-premis yang digunakan Keynesian seperti perlunya campur tangan
pemerintah dan ekspektasi pola konsumsi masyarakat.
Aliran
Ratex menganggap bahwa perekomomian cenderung pada keseimbangan. Oleh karena
itu tidak perlu lagi adanya kebijaksanaan stabilitas seperti yang digunakan di
masa Keynes. Aliran ini berasumsi bahwa masyarakat tidak bodoh. Orang selalu
berusaha mengejar kepentingan mereka sendiri dengan menggunakan semua informasi
yang mereka punyai untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dan apa yang
melandasi semua tingkah lakunya.
Aliran
ini membahas aspek ketenagakerjaan seperti permintaan dan penawaran secara
mendalam. Menurut aliran ini perubahan permintaan melalui ekspansi moneter atau
rangsangan fiscal akan meningkatkan output kerja atau employment bila
masyarakat tidak menduga adanya kenaikan permintaan itu.
Peran Sumberdaya
Manusia Secara Ekonomi dan Peran SDM dalam Pembangunan
- Sebagai tenaga kerja →produktivitas → income → y = C + S, dimana S= I → investmen → N → Y = C+ S dst.
- Sebagai tenaga ahli à ilmu pengetahuan dan teknologi à produktifitasà income = C + S dst.
- Sebagai pemimpin perusahaan.
- Sebagai tenaga usahawan.
- Menciptakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi àproduktivitas à income.
- Mengorganisasikan penggunaan berbagai faktor produksi.
- Sebagai produsen → produktivitas → income
- Sebagai konsumen → mengkonsumsi barang dan jasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar