Selasa, 03 September 2013

Teori Ekonomi Sumber Daya Manusia

1.                        Teori Klasik Adam Smith
Adam Smith (1729-1790) merupakan tokoh utama dalam aliran ekonomi yang dikenal sebgai alairan klasik. Smith mennganggap bahwa manusia sebagai faktor produksi utama yang menentukan kemakmuran bangsa-bangsa. Alasannya, alam (tanah) tidak ada artinya kalau tidak ada sumber daqaya manusia yang pandai mengolahnya sehingga bermanfaat bagi kehidupan.
Smith menganggap alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu bagi pertumbuhan ekonomi.

2.                        Teori Klasik J.B. Say
Kontribusi Jean Baptiste Say (1767-1832) terhadap aliran klasik adalah pandangannya yang mengatakan bahwasetiap penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri (supply creates its own demand). Pendapat say ini disebut dengan Hukum Say (Say’s Law).
Say berasumsi bahwa nilai produksi selalu sama dengan pendapatan. Peningkatan produksi akan diiringi dengan peningkatan pendapatan.
Secara umum peningkatan produktivitas tenaga kerja dapat dilakukan dengan peningkatan kemampuan/ keterampilan, disiplin, etos kerja produktif, sikap kreatif dan inofatif serta membina lingkungan yang sehat untuk memacu prestasi.

3.                        Teori Malthus
Thomas Robert Malthus (1766-1834) dianggap sebagai pemikir klasik yang berjasa dalam pengembangan pemikiran-pemikiran ekonomi setelah Smith. Bukunya yang dikenal paling luas adalah Principle of Population.
Malthus pesimis terhadap masa depan umat manusia disebabkan kenyataan bahwa tanah sebagai salah satu faktor produksi utama tetap jumlahnya. Meskipun pemakaiannya tidak seberapa namun jumlah lahan pertanian terus berkurang untuk perumahan, pabrik-pabrik serta untuk pembuatan jalan.
Malthus tidak percaya bahwa teknologi dapat berlomba dengan penduduk. Jumlah penduduk yang tinggi pasti mengurangi nilai produksi per kepala. Dan untuk mengatasi masalah ini hanya dengan pengendalian atas pertumbuhan penduduk.

4.                        Teori Keynes
Kaum klasik percaya bahwa perekonomian yang dilandaskan pada kekuatan mekanisme pasar akan selalu menuju keseimbangan (equilibrium). Dalam posisi keseimbangan, produksi akan menciptakan daya beli secara otomatis terhadap barang-barang.
Adanya paham yang menganggap ketidak seimbangan hanya bersiafat sementara dan ada tangan tak kentara (Invisiblehands) yang akan membawa ekonomi kembali pada posisi keseimbangan.
Kaum klasik percaya bahwa seluruh tenaga kerja yang ada akan dipergunakan untuk proses produksi (fully-employed). Yang berarti tidak adanya masalah pengangguran tenaga kerja.
John Maynard Keynes (1883-1946) mengkritik teori Say, dalam kenyataannya permintaan lebih kecil dari pada penawaran, dan pendapatan akan ditabung dan tidak semuanya di pakai untuk konsiumsi (permintaan efektif lebih kecil dari total produksi).
Penggunaan tenaga kerja penuh (fully employed) tidak akan dicapai karena tenaga kerja tidak akan bekerja sesuai pandangan klasik. Para pekerja mempunyai semacam serikat kerja (labor union) yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah.
Bila kurva harga turun, maka kurva nilai produktivitas tenaga kerja (marginal value of productivity of labor) yang di jadikan patokan dalam mempekerjakan tenaga kerja ikut turun.

5.                        Teori Harrod-Domar
Teori harrod-Domar (1946) dikenal sebagai teori pertumbuhan. Menurut teori ini investasi tidak hanya menciptakan permintaan, tetapi juga memperbesar kapasitas produksi. Kegiatan produksi yang membesar membutuhkan permintaan yang besar pula agar produksi tidak menurun. Peran modal fisik dalam model pertumbuhan amat besar. Tetapi kapasitas hanya akan dapat membesar bila sumber daya lain (modal fisik) membesar pula. Penduduk (angkatan kerja) diasumsikan meningkat secara geometris dan full employment selalu tercapai.
Model Solow (1957) mirip dengan model Harrod-Domar. Dalam model Solow dipakai suatu fungsi produksi Cobb-Daouglas dan progres faktor dibahas secara jelas.

6.                        Teori Coale-Hoaver
Berbeda dengan Solow, Coale-Hoaver tidak hanya melihat penduduk sebagai input dalam proses produksi tetapi juga segai konsumen produksi. Coale-Hoaver juga berbeda dengan Keynes yang memusatkan perhatian pada negara kaya (dengan masalah permintaan agregatnya). Coale-Hover memperhatikan persoalan di negara miskin.
Menurutnya kemiskinan bukan akibat kurangnya permintaan agregatif tetapi akibat kurangnya modal fisik dengan pembangunan, vigor, enterprise dan adaptability pada semua komponen angkatan. Dia berpendapat bahwa perubahan penduduk akan terasa pada penduduk sebagai input proses produksi setelah kurun waktu tiga puluh tahun.

7.                        Teori Ester Boserup
Coale-Hoaver melihat pertumbuhan penduduk sebagai pengganggu pembangunan seperti halnya Malthus. Boserup berpendapat sebaliknya. Dia berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk mengakibatkan dipakainya sistem pertanian yang lebih intensif di suatu masyarakat primitive sehingga meningkatnya output disektor pertanian. Penduduk juga mendorong penggunaan biologi pertanian pada tingkat yang lebih tinggi. Penduduk mendorong diterimanya suatu inovasi (teknologi) baru.

8.                        Teori Rational Expectation (Ratex)
Aliran ini lahir karena kebijakan-kebijakan Keynes yang dipakai selama ini gagal total dalam menghadapi permasalahan tahun 70-an dan 80-an. Pakar-pakar aliran ratex meninjau premis-premis yang digunakan Keynesian seperti perlunya campur tangan pemerintah dan ekspektasi pola konsumsi masyarakat.
Aliran Ratex menganggap bahwa perekomomian cenderung pada keseimbangan. Oleh karena itu tidak perlu lagi adanya kebijaksanaan stabilitas seperti yang digunakan di masa Keynes. Aliran ini berasumsi bahwa masyarakat tidak bodoh. Orang selalu berusaha mengejar kepentingan mereka sendiri dengan menggunakan semua informasi yang mereka punyai untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dan apa yang melandasi semua tingkah lakunya.
Aliran ini membahas aspek ketenagakerjaan seperti permintaan dan penawaran secara mendalam. Menurut aliran ini perubahan permintaan melalui ekspansi moneter atau rangsangan fiscal akan meningkatkan output kerja atau employment bila masyarakat tidak menduga adanya kenaikan permintaan itu.
Peran Sumberdaya Manusia Secara Ekonomi dan Peran SDM dalam Pembangunan
  1.       Sebagai tenaga kerja →produktivitas →  income →  y = C + S, dimana S= I →  investmen →  N →  Y = C+ S dst.
  2.       Sebagai tenaga ahli à ilmu pengetahuan dan teknologi à produktifitasà income = C + S dst.
  3.       Sebagai pemimpin perusahaan.
  4.       Sebagai tenaga usahawan.
  5.       Menciptakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi àproduktivitas à income.
  6.       Mengorganisasikan penggunaan berbagai faktor produksi.
  7.       Sebagai produsen → produktivitas →  income
  8.       Sebagai konsumen → mengkonsumsi barang dan jasa


Tidak ada komentar:

Posting Komentar